BSA yang jadi 'living legend' adalah BSA GoldStar, yang bersama-sama dengan Norton Manx dan Triumph Tiger, terkenal sebagai motor terkencang di era '50-an!
Merk motor yang satu ini pasti sudah tak asing lagi di telinga para kolektor motor klasik. Yap,
itulah BSA (Birmingham Small Arms), merk motor klasik yang terakhir
dibuat tahun 1973, sebelum pabriknya bangkrut dan dibeli oleh Triumph
& Norton Villiers.
Saat ini, motor-motor BSA sesekali masih bisa dilihat berseliweran di beberapa daerah di Indonesia seperti di Yogyakarta dan Surabaya; namun yang terbanyak sepertinya sih di daerah Siantar, Sumatra Utara, sebagai becak motor. Selain itu, penggemar motor klasik di tanah air juga banyak 'berburu' beragam model BSA seperti Bantam D1, D10 hingga Bushman dan Goldstar, untuk direstorasi dan dijadikan koleksi vintage mereka.
The Birmingham Small Arms Company berdiri pada tahun 1863 di Kota Birmingham, Inggris, sebagai pabrikan yang tak hanya memproduksi sepeda, namun juga mobil, pesawat, senjata dan banyak lagi. Divisi sepedanya mulai berproduksi pada tahun 1880, sedangkan sepeda bermesin perdananya (sepeda motor) diluncurkan pada tahun 1905, menggunakan mesin Minerva kecil yang 'dilekatkan' pada bodi sepeda.
Tahun 1928, BSA sudah memproduksi sepeda motor 2-tak yaitu A28 dengan dua percepatan (jadi enak, ngoper giginya cuma sampai dua aja). Tahun 1931, diluncurkan BSA 2-tak model baru, A31 yang punya tiga percepatan. Nah, seri 2-tak inilah yang dianggap sebagai 'nenek moyangnya' seri BSA Bantam yang cukup laris dan ngetop di 'jagad persepedamotoran' dunia. Buat informasi, BSA Bantam Bushman berkapasitas 175cc tahun 1969-1973 disebut-sebut sebagai BSA Bantam yang paling kenceng di kelasnya, dengan kecepatan maksimum 65 mph atau sekitar 110 km per jam.
Motor BSA sendiri di Indonesia kebanyakan dibawa oleh pasukan Sekutu saat masa akhir Perang Dunia II, sebagai bagian dari alat mobilitas mereka dalam masa peralihan kekuasaan Jepang di tanah air. Namun, saat Sekutu akhirnya hengkang dari Indonesia, motor-motor ini lantas ditinggalkan begitu saja, dicuekin, hingga akhirnya teronggok di pinggir jalan atawa di gudang-gudang. Selain itu, saat itu memang tidak ada toko penjual spare part BSA, apalagi teknisi yang mengerti mesinnya. Jadilah, motor-motor BSA itu numplek, nganggur tak terpakai.
Nah, pada 1950-an, beberapa orang dari Siantar, Sumatra Utara, berburu motor BSA ke Pulau Jawa, seperti ke Jakarta dan Surabaya, karena sebagai kota besar tentu dulunya banyak tentara Sekutu yang patroli memakai BSA disana. Setelah terkumpul, motor-motor BSA itu bertahap 'ditransmigrasikan' ke Siantar menggunakan kapal laut pada sekitar 1970-an, dan sejak saat itu pulalah motor BSA mulai dimodifikasi dan digunakan sebagai becak motor di Siantar hingga sekarang.
BSA yang jadi living legend di dunia barat adalah BSA GoldStar. Bersama-sama dengan Norton Manx dan Triumph Tiger, BSA Goldstar juga terkenal sebagai motor terkencang di era '50-an. Satu-satu-nya motor suksesor BSA Gold Star seri ini adalah BSA B50 yang dibuat dari tahun 1971-1973, sebelum masa kebangkrutan pabrikan BSA. **MS/Dari berbagai sumber
Saat ini, motor-motor BSA sesekali masih bisa dilihat berseliweran di beberapa daerah di Indonesia seperti di Yogyakarta dan Surabaya; namun yang terbanyak sepertinya sih di daerah Siantar, Sumatra Utara, sebagai becak motor. Selain itu, penggemar motor klasik di tanah air juga banyak 'berburu' beragam model BSA seperti Bantam D1, D10 hingga Bushman dan Goldstar, untuk direstorasi dan dijadikan koleksi vintage mereka.
The Birmingham Small Arms Company berdiri pada tahun 1863 di Kota Birmingham, Inggris, sebagai pabrikan yang tak hanya memproduksi sepeda, namun juga mobil, pesawat, senjata dan banyak lagi. Divisi sepedanya mulai berproduksi pada tahun 1880, sedangkan sepeda bermesin perdananya (sepeda motor) diluncurkan pada tahun 1905, menggunakan mesin Minerva kecil yang 'dilekatkan' pada bodi sepeda.
Tahun 1928, BSA sudah memproduksi sepeda motor 2-tak yaitu A28 dengan dua percepatan (jadi enak, ngoper giginya cuma sampai dua aja). Tahun 1931, diluncurkan BSA 2-tak model baru, A31 yang punya tiga percepatan. Nah, seri 2-tak inilah yang dianggap sebagai 'nenek moyangnya' seri BSA Bantam yang cukup laris dan ngetop di 'jagad persepedamotoran' dunia. Buat informasi, BSA Bantam Bushman berkapasitas 175cc tahun 1969-1973 disebut-sebut sebagai BSA Bantam yang paling kenceng di kelasnya, dengan kecepatan maksimum 65 mph atau sekitar 110 km per jam.
Motor BSA sendiri di Indonesia kebanyakan dibawa oleh pasukan Sekutu saat masa akhir Perang Dunia II, sebagai bagian dari alat mobilitas mereka dalam masa peralihan kekuasaan Jepang di tanah air. Namun, saat Sekutu akhirnya hengkang dari Indonesia, motor-motor ini lantas ditinggalkan begitu saja, dicuekin, hingga akhirnya teronggok di pinggir jalan atawa di gudang-gudang. Selain itu, saat itu memang tidak ada toko penjual spare part BSA, apalagi teknisi yang mengerti mesinnya. Jadilah, motor-motor BSA itu numplek, nganggur tak terpakai.
Nah, pada 1950-an, beberapa orang dari Siantar, Sumatra Utara, berburu motor BSA ke Pulau Jawa, seperti ke Jakarta dan Surabaya, karena sebagai kota besar tentu dulunya banyak tentara Sekutu yang patroli memakai BSA disana. Setelah terkumpul, motor-motor BSA itu bertahap 'ditransmigrasikan' ke Siantar menggunakan kapal laut pada sekitar 1970-an, dan sejak saat itu pulalah motor BSA mulai dimodifikasi dan digunakan sebagai becak motor di Siantar hingga sekarang.
BSA yang jadi living legend di dunia barat adalah BSA GoldStar. Bersama-sama dengan Norton Manx dan Triumph Tiger, BSA Goldstar juga terkenal sebagai motor terkencang di era '50-an. Satu-satu-nya motor suksesor BSA Gold Star seri ini adalah BSA B50 yang dibuat dari tahun 1971-1973, sebelum masa kebangkrutan pabrikan BSA. **MS/Dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar